Random Post

Home » » Museum Bank Indonesia Resmi Dibuka

Museum Bank Indonesia Resmi Dibuka

Jakarta — Jika tak ada halangan, mulai Rabu (22/7), warga Jakarta ataupun yang datang ke Jakarta sudah bisa menikmati Museum Bank Indonesia (MBI) yang sudah mengalami pengembangan sebagai museum tercanggih di Indonesia. Museum ini menerapkan sistem multimedia untuk menarik pengunjung, bukan sekadar hiburan, melainkan juga merupakan edukasi yang tak membosankan. Pengunjung masih dibebaskan dari biaya masuk alias gratis.

Pembukaan museum yang sudah sejak 2001 mulai dikonservasi oleh Han Awal dan tim, lagi-lagi rencananya, akan digelar Selasa (21/7). Presiden Susilo Bambang Yudhono dijadwalkan membuka museum tersebut. Jadwal pembukaan MBI terus mengalami perubahan sejak sebelum pemilu presiden. Kali ini, dengan peristiwa pemboman di Hotel Ritz-Carlton dan JW Marriott, jadwal tetap tidak berubah.

Menurut Analis Program Publik MBI, Gede Aryana, keberadaan MBI kini sudah dikembangkan sehingga memudahkan pengunjung yang datang. Play motion yang disanding dengan ruang teater kini diramaikan dengan ruang yang memaparkan sejarah lengkap tentang Nusantara sejak sebelum kedatangan bangsa Barat hingga keberadaan gedung MBI.

Play motion lain juga akan ditempatkan di ruang numismatik sehingga pengunjung mengetahui cara kerja perbankan. "Jadi, tidak hanya duit yang melayang, tapi ini lebih tentang masalah perbankan," ujar Gede. Tak lupa replika Kapal Jung Java yang pernah mengangkut rempah-rempah ditampilkan di museum ini.

Museum yang memiliki lebih dari 400 lukisan kaca patri asli bikinan Belanda ini buka mulai pukul 08.00 hingga pukul 15.30 (Senin-Jumat), sedangkan Sabtu-Minggu mulai pukul 08.00 hingga pukul 16.00.

Gedung MBI ini berdiri di Batavia pada 24 Januari 1828. Awalnya adalah rumah sakit (Binnen Hospitaal) yang terletak persis di sebelah dalam tembok Kota Tua. De Javasche Bank (DJB), cikal bakal Bank Indonesia, kemudian menempati bangunan dua lantai bekas rumah sakit ini.

Gedung ini pertama kali digunakan oleh DJB sejak 8 April 1828. Pada tahun 1910, setelah lebih dari 80 tahun menempati gedung tua ini, DJB mulai direnovasi. Perancangan bangunan dikerjakan oleh Biro Arsitek Ed Cuypers & Hulswit (Fermont-Cuypers). Bangunan ini kelar pada tahun 1935.

Pembangunan gedung yang kini masuk dalam bangunan cagar budaya ini melalui lima tahap. Tahap pertama, 1910, selesai pada tahun 1912, menghasilkan gedung bergaya arsitektur neoklasik Eropa. Pada tahun 1922, bergaya arsitektur neoklasik Eropa. Pada tahun 1922, pembangunan tahap kedua dimulai dengan menambah beberapa ruangan baru, seperti ruang simpan barang berharga dan ruang arsip.

Tahap ketiga (1924) merupakan perluasan dengan membangun sebuah unit di bagian belakang sepanjang Kali Besar menggantikan bangunan tua bekas rumah sakit. Selain itu, dibuat pula bangunan sepanjang Javabankstraat (kini Jalan Bank), yang bertemu dengan bangunan tahap pertama di sisi utara. Bangunan baru ini memiliki kaca patri, dengan ragam hias berupa komoditas perdagangan pada masa Hindia Belanda dan dewa-dewi Yunani.

Dalam pembangunan tahun 1933, Biro Arsitek Fermont-Cuypers mendesain antara lain beberapa unit tambahan ruang simpan barang berharga. Pembangunan dilanjutkan dengan tahap kelima (1935) yang memodernisasi arsitektur tahap pertama. Selain menganut one door system untuk menggantikan dua pintu gerbang masuk sebelumnya, tahap ini juga menghilangkan kubah yang semula menghiasi atap gedung. Pembangunan ini selesai dan diresmikan pada tanggal 12 Juni 1937.

WARTA KOTA Pradaningrum Mijarto
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Aura Cerdas - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger